Kapal perang
Kapal perang adalah kapal yang digunakan untuk kepentingan militer atau angkatan bersenjata. Umumnya terbagi atas kapal induk, kapal kombatan, kapal patroli, kapal angkut, kapal selam dan kapal pendukung yang digunakan angkatan laut seperti kapal tanker dan kapal tender. Di beberapa negara yang memiliki lautan yang membeku pada musim tertentu seperti Rusia dan Finlandia misalnya, kapal pemecah es juga digunakan.
Fungsi Kapal Perang
Kehadiran kapal perang dimulai ketika banyak kerajaan atau
pemerintahan membutuhkan atau merasa perlu menegaskan posisinya di
perairan sekaligus memberikan jaminan keamanan di perairan untuk
melindungi negaranya dan aktivitasnya seperti nelayan dan perdagangan.
Banyak gangguan keamanan di perairan yang harus dicegah, termasuk adanya
serangan dari negeri-negeri lain yang lebih aman bila langsung
ditangkal dari laut.
Selain itu, ada pula yang menggunakan kapal-kapalnya untuk merompak atau menjarah negeri-negeri lain melalui perairan. Bangsa Viking dari Skandinavia, banyak menjelajah lautan ke kawasan lain dengan kapal-kapal yang dikenal sebagai "Viking Longship" yang dirancang khusus. Pada masa penjelajahan, kapal-kapal dagang dirancang khusus menjadi kapal perang layarsehingga
dapat pula mengangkut persenjataan seperti meriam, baik untuk sarana
membela diri dari serangan bajak laut, ataupun bahkan untuk menguasai
kawasan yang diinginkannya.
Banyak bangsa barat seperti Spanyol dan Portugal menggunakan kapal
perang layar jenis galleon yang digunakan untuk menjelajah samudera,
mengangkut hasil dagangan atau bahkan jarahan sekaligus digunakan untuk
berperang baik terhadap armada dagang saingannya, bajak laut, atau
bahkan penguasa lokal yang tidak tunduk pada keinginannya. Pada
abad-abad yang diawali dengan penjelajahan inilah yang kemudian
berlanjut menjadi abad penjajahan terhadap bangsa lain dan mendirikan
koloni-koloni baru.
Pada masa sekarang ini, khususnya negara-negara yang memiliki kawasan
perairan, kebutuhan membangun Angkatan Laut dan kapal-kapal perang
adalah penting. Yang kemudian disesuaikan dengan kemampuan dan
kesanggupan masing-masing negara. Sebagaimana Angkatan Udara,
pembangunan Angkatan Laut bergantung pada perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi khususnya di dunia perairan. Selain itu, membangun
angkatan laut membutuhkan biaya dan sumber daya yang besar. Tidak hanya
untuk membangun jumlah armada yang dibutuhkan, melainkan juga untuk
menjaga agar armada yang ada dapat beroperasi dengan baik.
Umumnya, kemampuan negara-negara dalam menjaga kelangsungan operasi
Angkatan Lautnya juga bergantung pada kemampuan perekonomian suatu
negara. Namun juga dapat berarti bahwa mengoperasikan angkatan laut yang
kuat juga dapat dianggap atau dipandang sebagai investasi untuk menjaga
perekonomiannya. Untuk itu, kelangsungan kehidupan Angkatan Laut
termasuk pula Angkatan Udara
juga bergantung bagaimana kebijakan politik dan ekonomi termasuk
pandangan suatu negara terhadap perkembangan politik kawasan yang pada
saat ini dikenal sebagai geopolitik. Hal yang berbeda dengan Angkatan Darat dimana
personel yang dipersenjatai, Angkatan Laut dan Angkatan Udara menganut
filosofi "senjata yang diawaki". Manajemen dalam Angkatan Laut dan
Angkatan Udara berbeda dengan Angkatan Darat.
Sebagai gambaran, besarnya biaya untuk menjaga agar armada Angkatan
Laut tetap beroperasi, dapat diberikan gambaran sebagai berikut. Untuk
melayarkan sebuah kapal jenis fregat kelas Van Speijk, membutuhkan 560 ton avtur yang harus disiapkan untuk satu minggu. Jumlah ini baru memadai, kalau kecepatan ekonomis sebesar 15 knot dipertahankan. karena dengan kecepatan penuh 30 knot menghabiskan 4 ton bahan bakar perjamnya.
Sumber-sumber lain menyebutkan bahwa biaya untuk satu bulan kapal
perang kelas Van Speijk ini beroperasi sama dengan biaya operasional
satu batalyon pasukan darat selama setengah tahun. Dengan penemuan dan
perkembangan teknologi dirgantara seperti adanya helikopter dan pesawat tempur
yang dirancang khusus untuk kegiatan operasi Angkatan Laut, maka jarak
jangkau sekaligus manajemen operasi armada dapat dioptimalkan, karena pesawat terbang dan helikopter dapat memperluas jangkauan pengawasan dan penangkal dengan kemampuan radar dan persenjataan yang dimiliki.
Perkembangan teknologi juga memungkinkan setiap angkatan bersenjata
termasuk angkatan laut setiap negara dapat mengoperasikan armadanya
sesuai dengan kebutuhan namun dengan daya pukul yang tidak kalah dengan
negara yang memiliki angkatan laut besar. Angkatan laut di banyak
negara, mengoperasikan kapal-kapal patroli yang dilengkapi dengan rudal dan torpedo dan kapal perang bertipe korvet yang dianggap cukup untuk menjaga wilayah perairannya.
Sejarah mencatat, kapal-kapal kecil dan pesawat terbang yang
dilengkapi dengan rudal antikapal khusus mampu menghancurkan armada
angkatan laut lawan. Dalam Perang Dunia II, kapal perang sekelas battleship seperti Bismark, IJNS Yamato,
HMS Price of Wales dan HMS Repulse ditenggelamkan dengan serangan
torpedo dan bom yang diluncurkan dari pesawat udara. Kapal-kapal
berukuran besar milik armada kekaisaran Jepang banyak dihancurkan atau dirusak oleh torpedo yang diluncurkan oleh Motor Torpedo Boat milik Angkatan Laut Amerika Serikat dalam pertempuran di selat Surigao, Filipina. Dalam perang enam hari, kapal jelajah Israel, Elliat dihancurkan oleh rudal rudal SS-N2 Styk yang diluncurkan oleh kapal patroli cepat kelas Komar milik Mesir. Serta kapal perang Inggris, HMS Shiffield yang dihancurkan oleh rudal exocet milik Argentina dalam perang Malvinas.
Perkembangan Teknologi
Perkembangan Teknologi pada kapal perang tidak terlepas dari
perkembangan teknologi pada dunia pelayaran pada umumnya. Pada awalnya
dimulai dari kapal perang layar
sederhana yang dilengkapi dengan pendayung seperti galley dan viking
longship yang hanya satu dek tunggal dan dilengkapi pemanah, penyembur
api atau pelontar. Penemuan senjata api dan meriam serta meningkatnya
daya jelajah dan jarak tembak meriam memerlukan kapal-kapal jenis baru
yang memiliki daya angkut besar dan daya jelajah jauh hingga samudera
yang memunculkan kapal jenis galleon.
Dibutuhkannya materal atau bahan yang kuat untuk menahan tembakan
meriam membuat industri kapal menggunakan bahan baja sebagai konstruksi
dasar dan lambung kapal yang memunculkan kapal perang jenis ironclad
yang berkembang menjadi kapal perang yang dikenal dewasa ini.
Sebagai tenaga penggerak, berkembang mulai dari layar dan pendayung, mesin uap yang menggunakan bahan-bakar batu bara dan mesin diesel yang menggunakan bahan bakar minyak.
Peralihan dari bahan bakar batu bara menjadi bahan bakar minyak ini
sebenarnya menjadi dasar pemikiran munculnya konsep ketahanan energi.
Konsep ini muncul dari pemikiran Winston Churchill yang kemudian menjadi perdana menteri Inggris, tentang bagaimana mendapatkan pasokan bahan bakar minyak untuk armada Inggris dan menjaganya, dimana
pada saat itu dan bahkan hingga saat ini, bahan bakar minyak adalah
komoditi yang langka, namun cukup praktis untuk teknologi mesin dan
propulsi.
Penemuan nuklir dan reaktor nuklir, memungkinkan upaya untuk
menjadikan nuklir menjadi bahan bakar kapal khususnya sejak era paska
perang dunia kedua yang akhirnya berkembang muncul menjadi kapal
bertenaga nuklir seperti kapal induk, kapal jelajah dan kapal selam.
Tercatat USS Nautilus
menjadi kapal selam nuklir pertama di dunia. Keunggulan tenaga nuklir
memungkinkan armada kapal dapat berlayar dalam jangka waktu cukup lama.
Perkembangan lain yang juga mewarnai kapal perang adalah penemuan radio, telegraf, radar, sonar
dan sarana komunikasi dan navigasi yang memungkinkan kapal perang
melakukan deteksi, komunikasi termasuk penyadapan yang semakin maju dan
semakin teliti. Selain itu, perkembangan persenjataan mulai dari meriam hingga roket, rudal, ranjau dan torpedo membuat kapal-kapal perang memiliki banyak fungsi sehingga pembagian kelas dan peranan menjadi semakin kabur.
Proyeksi Kekuatan Laut
Untuk mengatur operasi dan pengadaan armada Angkatan Laut,
masing-masing negara memiliki proyeksi kekuatan laut yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan kepentingannya sendiri-sendiri. Namun, pada umumnya
ada tiga jenis proyeksi kekuatan laut yang dikenal oleh banyak negara
maritim yakni Green Water Navy, Brown Water Navy, dan Blue Water Navy.
Pembagaian ini pertama kali dipopulerkan oleh Angkatan Laut Amerika
Serikat, yang nyata-nyata saat ini telah menguasai ketiga jenis kekuatan
tersebut.
Brown Water Navy adalah angkatan laut dengan kekuatan yang bisa
melindungi serta mempertahankan wilayah perairan di sekitar pantai yang
dikenal sebagai zona lithoral. Wilayah ini mencakup pesisir hingga laut
lepas pantai berjarak ratusan mil. Wilayah inii merupakan bagian
terdalam dari wilayah kemaritiman suatu negara dan di sinilah
terkonsentrasi hiruk pikuk lalu lintas lepas pantai serta kapal-kapal
dari penegak hukum seperti polisi perairan, bea-cukai dan lain-lain.
Kekuatan Brown Water Navy umumnya terdiri atas kapal-kapal patroli
dengan persenjataan defensif seperi meriam untuk tugas mendasar seperti
operasi pantai dan perlindungan kegiatan ekonomi di perairan.
Belakangan, dalam perkembangannya, kapal-kapal patroli tersebut
dilengkapi dengan rudal-rudal ofensif anti kapal permukaan dan/atau
torpedo dan didukung oleh kapal kombatan yang didukung dengna
rudal-rudal serta torpedo untuk fungsi semacam itu. Kapal-kapal patroli
cepat rudal atau torpedo sudah sangat memadai untuk fungsi-fungsi
semacam itu.
Satu tingkat lebih tinggi dari Brown Water Navy adalah Green Water Navy, dimana
angkatan lautnya harus dapat memiliki kekuatan yang diproyeksikan
hingga ke perairan antara batas terluar Brown Water hingga batas terluar
laut dangkal, wilayah kepulauan dan pulau-pulau terluar dari suatu
negara. Dimensi jangkauannya bisa mencapai ribuan mil. Kekuatannya
berupa Kapal cepat rudal dan torpedo yang mampu menjangkau jarak 2000
mil. Selain itu juga memerlukan kapal jenis korvet dan fregat atau yang lebih besar dari itu termasuk kapal selam, karena kekuatan ini harus bisa diproyeksikan hingga perairan terluar dan perairan regional.
Blue Water Navy dimana
proyeksi kekuatannya sudah menjangkau samudera dan perairan antar
benua. Untuk menggambarkan kekuatannya dapat merujuk pada Angkatan Laut
Amerika Serikat. Dengan kekuatan seperti itu, mereka dapat
memproyeksikan kehadiran kapal perangnya hingga ke seluruh penjuru dunia
dengan gugus tugas kapal induk
yang terdiri dari kapal induk sebagai inti, kapal jelajah, kapal selam
dan kapal pendukung. Dengan kekuatan Blue Water Navy, Amerika Serikat
dapat menghadirkan negaranya diperairan sebagai fungsi diplomasi dan
politik.
Selain Amerika Serikat, beberapa negara besar seperti Inggris, Perancis dan Rusia,
juga menghadirkan kekuatan lautnya meski dengan kepentingan diplomasi
yang berbeda. Inggris, yang pernah dikenal dengan penguasa lautan, kini
menghadirkan gugus operasionalnya dengan kapal induk yang lebih kecil,
karena diarahkan untuk pertempuran antikapal selam. Sementara Rusia,
sebagai inti dari Uni Soviet dulunya, lebih banyak menghadirkan kekuatan laut di penjuru dunia dengan kapal selam bertenaga nuklir.
Jenis-jenis kapal perang
- Berdasarkan Era/Generasi
- Kapal perang layar
- Kapal Pre Dreadnought
- Kapal Post Dreadnought
- Berdasarkan Jenisnya
- Kapal induk
- Kapal kombatan
- Kapal patroli
- Kapal angkut
- Kapal selam
- Kapal pendukung
- Berdasarkan Sifat terhadap Radar
- Kapal konvensional
- Kapal siluman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar